Oleh : Aswan Nasution
NTB_LOMBOK_Sikapnews.com : “Suatu ketika sahabat Nabi SAW, Uqbah bin Amir RA bertanya, “Hai Rasulullah, apa saja yang membuat seseorang sukses [bahagia] dalam hidupnya? Rasulullah menjawab, “Pelihara lidahmu, berlapanglah kamu di rumahmu, menangislah terhadap kesalahan [dosa] yang engkau lakukan.” [HR. Abu Daud, Turmudzi, dan lain-lain].
SETIAP manusia yang beriman pasti menginginkan kebahagiaan dan kesuksesan hidup dalam kehidupannya, dunia maupun akhirat.
Rasulullah SAW, memberi kiat yang sangat sederhana untuk meraihnya. Bukan dengan gelimang harta, memperoleh jabatan tinggi, atau beristri perempuan tercantik dan lain sebagainya. Namun hanya tiga hal saja.
Pertama, memelihara lidah dari mengucapkan hal-hal yang tidak dibolehkan Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, peranan lidah sangatlah menentukan. Betapa bahayanya lidah bila dipergunakan untuk yang tidak baik, misalnya berdusta, memfitnah, dan sebagainya. Karena itu, lidah sangat potensial untuk membahagiakan atau membuat orang menderita dan sengsara.
Demikian pentingnya kedudukan lidah, maka Islam menginginkan masing-masing kita menjaga ucapannya dan mengarahkannya kepada hal-hal yang positif serta menyenangkan bagi yang menerimanya.
Terkait dengan hal itu, mari kita perhatikan hadits Nabi SAW, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” [HR. Bukhari dan Muslim].
Kedua, berlapang-lapanglah didalam rumah, artinya bagaimana rumah bisa dijadikan perisai dalam menghadapi berbagai godaan dan gangguan. Memfungsikan rumah sebagai tempat membina keluarga bahagia, tempat beribadah, beramal, berukhuwah, bersilaturrahim dan membina masa depan keluarga. Karena rumah juga adalah merupakan ‘madrasah’ pertama dan utama bagi keluarga.
Perlu diingat, harapan tersebut sulit diwujudkan bila keadaan dan situasi rumah jauh dari suasana Islami. Hanya sinar iman dalam keluarga lah yang akan membuat rumah itu tenang dan damai, sakinah mawaddah warahmah.
Ketiga, dengan menangis atas kesalahan, perbuatan dosa atau pelanggaran terhadap hukum akan membuat hati seseorang tidak tenang. Semakin banyak berbuat kesalahan, hidup akan semakin tidak nyaman. Karena itu, “menangisi” kesalahan, yaitu bertobat dengan sepenuh hati, adalah perbuatan yang paling utama.
Di dalam Al Qur’an banyak sekali perintah agar setiap kita selalu bertobat kepada Allah dari berbagai perbuatan dosa. Firman-Nya, “…. bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung …” (QS. An Nur [24]: 31).
Demikian sederhana kunci kebahagiaan yang diberikan Rasulullah SAW pada kita, namun sarat makna. Kita tak perlu mempunyai deposito miliaran rupiah, atau apertemen mewah di jantung kota dan juga sarana lain sebagainya yang serba ada untuk bahagia.
Adapun kunci kebahagiaan itu sudah ada di dada masing-masing kita, tinggal bagaimana kita menggali dan menghadirkannya pada setiap waktu, dalam kondisi apapun, kapan saja dan dimana saja kita berada. Semoga bernanfaat. Wallahu a’lam bishshawab.