Sikapnews.com : Ikan badau sering diburu ketika seseorang menjalani pasca operasi. Sebab, ikan badau dapat mempersatukan kembali organ tubuh yang terluka secara bertahap.
Ada juga sebagian masyarakat memang hobi mengkonsumsi Ikan Badau, bahkan tidak sedikit orang dengan sengaja membudidayakannya serta mengolah Induk Ikan Badau se-enak mungkin saat akan disajikan.
Dari olahan Badau yang digoreng kering, sambal, panggang, bahkan lebih lezat lagi jika ikan tersebut di belah lalu di Asapkan.
Hingga hari ini, telah lahir kemasan yang lebih simple dengan bahan baku Ikan Badau berbentuk kapsul.
Selain khasiat Induk Ikan Badau yang sangat membantu seseorang, tapi kehidupan ikan Badau tidak elok dipercontohkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pasalnya, Induk Ikan Badau memiliki kepala yang besar, sirip yang lebar dari punggung dan mengecil pada ekor ternyata suka memakan anaknya sendiri.
Apalagi Badau tergolong hewan predator seperti ikan Louhan, Arowana, Piranha dan ikan-ikan lainya yang hidup di air tawar.
Jika dalam kehidupan ada mencontohkan Ikan Badau, waduhhh, itu pasti bukan manusia.
Mungkin yang mencontohkan itu hanya kata hiasan saja agar mereka-mereka tidak merasakan sakitnya ketika dicubit, maka biasakanlah kehidupan itu seperti semut, dalam keadaan apapun ketika bertemu tetap bersalaman.
Bahkan, ketika mencari rezeki juga mereka terlihat Kooperatif satu sama lain. Bagaimana tidak, gula satu butir akan didorong bersama-sama hingga ke pinggir bebatuan dan dinikmati bersama-sama pula.
Selain Ikan Badau yang sering disebut BADAU oleh nenek moyang terdahulu, Ikan Badau juga dikenal dengan sapaan Ikan Haruan yang hidup di parit-parit pinggir jalan, bahkan tidak sedikit yang membudidayakan sehingga lahirnya bermacam corak dan warna, seperti warna kuning, merah, Oranye yang dasarnya hanya berwarna hitam.
“Ikan Badau Tidak Elok Dijadikan Contoh oleh Pemimpin” Jika hal itu terjadi, maka rusaklah apa yang di pimpinan, karena ikan Badau Doyan memakan anaknya sendiri.
Karena, Induk ikan Badau diumpamakan seperti Seorang pemimpin yang harus melindungi rekan kerja, anggota kerja, para Mitra kerja, bahkan harus saling mengayomi satu sama lain, meskipun diruang lingkup bermasyarakat.
Sedangkan Anak Badau diumpamakan para pekerja yang tidak memiliki jabatan, sehingga harus patuh, royalitas dan disiplin akan peraturan yang ada.
Dari itu, Anak Badau akan terasa sakit ketika bekerja dan akan selalu merasa dizholimi, jika miliki pemimpin seperti Induk Badau. (adn)