BATUBARA_Sikapnews.com : Pesta Tapai di Kabupaten Batubara adalah wujud tradisi bangsa Melayu yang hingga saat ini masih dibudayakan.
Selain membudayakan, warga setempat juga dapat meningkatkan perekonomian menjelang Bulan Suci Ramadhan.
Saat ini, pedagang Tapai dan Lemang terlihat di setiap rumah-rumah warga. Artinya, setiap warga sudah mengerti akan kebudayaan kearifan lokal yanh memiliki nilai ekonomi tinggi.
Biasanya Pesta Tapai di gelar saat menjelang bulan suci ramadhan selama 2 pekan dan berakhir pada Dua hari sebelum puasa ramadhan.
Di Sumatera Utara khususnya, Pesta Tapai ini hanya ada di desa Dahari Selebar, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Rabu, (28/02/2024).
Memang namanya Pesta Tapai, tapi di pesta rakyat tahunan ini sangat mendominan (laris) makanan yang terbuat dari pulut, gula, garam dan santan kelapa serta bahan-bahan spesial lainnya di satu padukan serta dibakar dalam bambu yang sering disebut “lemang”.
Pesta Tapai ini juga tidak hanya dinikmati oleh Masyarakat setempat, tapi dari awal pembukaan tiga hari lalu oleh Pj Bupati Batubara Nizhamul dan Kapolres Batubara AKBP Taufiq hidayat Thayeb, hingga hari ini masih dipadati oleh orang dari luar daerah seperti, Kota Medan, Tanjung Balai,Asahan dan Serdang Bedagai.
Bahkan terdengar, Warga Batubara yang merantau di luar kota dan negara jiran Malaysia sengaja pulang ke Batubara khusus menikmati suasana dan makanan di Pesta Tapai ini.
“Kami sengaja datang kesini untuk menikmati suasana pesta tapai, setiap tahun kami datang kesini untuk makan tapai dan lemang saja,” kata Dedi dan Faruq pengunjung Pesta Tapai.
SEJARAH SINGKAT PESTA TAPAI
Dahulu, pada kegiatan punggahan menyambut bulan suci ramadhan, kerap seluruh pedagang kerbau dari luar sulit membeli makan dan minuman, disebabkan minimnya warung yang ada didesa itu saat mereka terasa haus dan lapar.
Dari itu, beberapa warga setempat berinisiatif membuka warung sembari merauk keuntungan dari warung di seputaran tempat pedagang kerbau.
Para pedagang pun sering mampir diwarung warga, tapi saat itu hanya ditanya Tapai dan Lemang sebagai makanan mereka.
Tidak tanggung-tanggung, di setiap warung, makanan khas Melayu Tapai dan Lemang selalu habis setiap harinya.
Bagaimana tidak, masyarakat dahulu sangat mengutamakan cita rasa original, seperti makanan menggunakan santan perasan dari kelapa, pasti santan itu dimasak sebaik-baiknya sehingga Tapai dan Lemang terasa lembut.
Tapi, jika kita mengarah ke pimpinan Kesultanan pada saat itu, sekira tahun 1800 melayu Batubara tunduk terhadap Siak yang dimana pemerintahannya di pimpin oleh Datuk serta memakai adat Minangkabau.
Pesta tapai hadir, disebabkan karena pesta akan bergantinya pemimpin kedatukan dan pelantikan tersebut, serta kebudayaan dan kegirangan para penduduk terhadap pesta namun, dahulu bukan bernama pesta Tapai tapi bernama pesta Datuk atau kedatukan.
Bahkan pada akhirnya, Pesta tapai diperuntukkan hanya pemberitahuan kepada masyarakat bahwa kepemimpinan datuk sudah berganti. (adn)