NTB_Sikapnews.com : Keluarga besar Paguyuban Eka gelar Tepang Sono guna mempererat tali silaturahmi antara Sunda yang berdomisili di Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Senin, (13/05/2024).
Ketua Paguyuban Eka Warga NTB, H.M Yosep Miharja dalam sambutannya mengatakan selain untuk mempererat tali silaturahmi, kegiatan ini juga untuk melestarikan seni budaya Sunda agar tidak punah begitu saja.
“Walaupun jauh dari kampung halaman, Paguyuban Eka Warga NTB tetap menjaga dan mengupayakan adanya peralatan seni seperti, Degung, Kecapi, suling, bahkan pakaian adat Sunda dan lain sebagainya,” harap Yosep.
Selanjutnya, H. M. Yosep Miharja mengingatkan kembali bahwa komunitas ini tergolong wadah yang tertua. Namun seiring waktu berlalu dan lahirnya Organisasi-organisasi lain Wadah ini mulai meredup.
Pada sesi Silaturahmi ini, Pengurus Besar Paguyuban Eka Warga NTB tidak lupa gelar Tausyiah oleh Al-ustadz Aswan Nasution dan menjelaskan secara singkat pencetus Konsep kata Halal bihalal.
“Kata Halal bihalal sebenarnya dapat menguraikan awal dari sejarah dengan tujuan untuk menyatukan antara ulama dan para elit politik,” jelas Aswan pada Tausiyahnya.
Lebih lanjut, Aswan Nasution mengatakan berdasarkan literatur yang kita baca bahwa pada jaman pemerintah Soekarno tahun 1946, Bung KH. Wahan Chasbullah yang manusia pertama meng konsep nama dan tujuan Halal bihalal itu.
Masih, dalam Tausiyah, Aswan menambahkan bahwa pelaksanaan Halal Bihalal adalah tradisi unik di Indonesia, dengan kata halal bihalal yang berarti diizinkan atau sah.
Istilah ini merujuk pada tradisi pasca Ramadhan, dimana masyarakat berkumpul untuk saling meminta maaf dan mempererat silaturrahmi, khususnya selama Idul Fitri. (adn)