MATARAM_Sikapnews.com : Setelah kembali dari menunaikan ibadah haji, yang harus dijaga adalah pelestarian nilai-nilai ibadah haji dalam bentuk perubahan perilaku kepada yang lebih baik.
Sebab, ibadah haji memiliki banyak hikmah dan ibrah terutama di dalam kehidupan sosial kemasyarakatan.
Hal ini dikatakan Aswan Nasution usai sholat Idul Adha melalui pesan singkat terkini WhatsApp di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Senin, (17/06/2024).
“Namun sayangnya, dalam praktik banyak jamaah haji belum bisa menangkap hikmah dan ibrah sehingg tidak banyak perubahan pasca ibadah haji,” kata Aswan.
Lebih lanjut, Aswan dikenal sebagai pendakwa dan seorang purna bakti di salah satu instansi kepemerintahan menyebutkan sesunguhnya banyak hikmah yang bisa digali pada pelaksanaan ibadah haji.
Jika dikutip dari firman Allah, pernyataan ini sejalan pada Al-qur’an surah al-Hajj 22, ayat 27-28 yang memiliki 5 point penting yaitu :
Poin Pertama, menguatkan akidah dan keyakinan kepada Allah SWT. Akidah adalah fondasi kehidupan seorang Muslim yang harus mewarnai keseluruhan sikap, cara berpikir, dan bertindak sebagai seorang hamba Allah.
Kedua, pakaian ihram yang hanya dua helai serbaputih menggambarkan bahwa, siapa pun manusia itu kelak akan kembali kepada Allah dengan hanya dibungkus dua helai kain kafan.
Bahkan Anak, jabatan, dan kedudukan serta harta benda tidak akan pernah dibawa kecuali semuanya itu dijadikan sarana untuk melakukan kegiatan amal saleh.
Lanjut Aswan, poin ketiga, agar kaum Muslimin khususnya jamaah haji semakin mencintai kegiatan masjid, terutama shalat berjamaah dan muamalah dengan masyarakat sekitar.
Keempat, dalam upaya membangun suasana ukhuwah islamiiyyah antara sesama orang yang beriman, meskipun berbeda warna kulit, suku bangsa, dan bahasa. Semuanya larut dan menyatu dalam ketauhidan dan keimanan kepada Allah SWT seperti Al-quran surah Al-hujarat 49 (13).
Kelima, thawaf dan sa’i menggambarkan dalam mencapai cita-cita yang tinggi dan luhur, orang yang beriman terus-menerus bergerak, aktif berbuat, tidak boleh berhenti, tidak boleh putus asa dan tidak boleh malas.
Menurut Aswan, Saat ini kemahiran menjadi seorang panutan di masyarakat amat dibutuhkan, apalagi ketika kehidupan bangsa dengan krisis akhlak, moral, pelanggar hukum, bahaya korupsi, anarki sosial, dan merosotnya wibawa kepemimpinan, baik formal maupun nonformal.
Lebih lanjut, pada kondisi seperti ini, hikmah dan ibrah dari ibadah haji perlu diresapi dan diamalkan dengan sebaik-baiknya.
Para haji harus menjadi pelopor dalam pemberantasan korupsi di lingkungannya masing-masing.
Itu sejalan dengan janji suci yang diungkapkan dalam doa dan munajat saat wukuf di Arafah untuk menjalani kehidupan sebagai Muslim yang baik dan hijrah dari segala dosa yang pernah dilakukan.
Kita tahu, Selama di Tanah Suci para jamaah haji telah menghayati makna ukhuwah, kesetaraan derajat manusia dan semangat beribadah yang lebih baik di banding sebelum menunaikan haji.
Dari itu, Aswan Nasution berharap seseorang usai melaksanakan ibadah haji tidak boleh puas hanya menyandang predikat haji.
Selain itu, dapat mengingat kembali perjalan Rohaniah yang istimewa itu dan mengembangkan lebih jauh energi untuk berbuat baik serta menjadi sumber kebajikan bagi lingkungan sekitar. (adn)