Sikapnews.com
MENJAGA KEBERSAMAAN PASCA LEBARAN
Oleh:
Aswan Nasution
Alumni 1979 Al-Qismul A’ly Al-Jami’atul Washliyah Isma’iliyah Medan-Sumatera Utara
BULAN RAMADHAN nan mulia baru saja berlalu. Sebulan penuh umat Islam bergulat dalam aktifitas ibadah. Selama tiga puluh hari itu pula kaum muslim menjalalankan rangkaian ibadahnya secara massif; semenjak terjaga dini hari untuk sahur sampai menjelang tidur kembali di malam harinya. Sehingga tanpa disadari, hari-hari tersebut banyak dihabiskan setiap orang di rumah.
Betapa tidak. Yang demikan terjadi lantaran pemberlakuan jam kerja dipercepat, agar para karyawan bisa kembali ke rumah. Sekolah-sekolah pun memberi tambahan libur demi menghormàti akitivitas ibadah selama Ramadhan. Apalagi, jika Ramadhan bertepatan dengan liburan panjang. Walhasil, setiap orang berpeluang menghabiskan waktu lebih lama bersama anggota keluarganya.
Shalat Berjamaah
Selain berpuasa, kegiatan shalat di bulan ini lebih sering dilaksanakan secara berjamaah. Terutama sekali waktu shalat Maghrib, Isya dan subuh. Dalam momentum shalat berjamaah ini pula kita bisa menumbuhkan rasa kecintaan anggota keluarga kepada masjid.
Terutama sekali orangtua yang hendak mendidik anak-anaknya agar dekat dengan rumah ibadah umat Islam tersebut. Meski begitu, akankah kebersamaan dalam beribadah itu hilang karena Ramadhan berlalu? Apakah kebaikan-kebaikan yang tercipta selama bulan suci tersebut takbisa kita lanjutkan pada bulan-bulan setelahnya?
Bulan Pendidikan
Bulan Ramadhan membuka peluang dàn kesempatan besar untuk mewujudkan keharmonisan rumah tangga. Mulai dari kebersamaan, suasana keberagamaan, peningkatan kondisi rohani keluarga, dapat kita latih selama Ramadhan, sebagaimana yang diteladani Rasulullah SAW. Hal tersebut sejatinya akan membekas dan berkelanjutan bila keluarga menjadikan Ramadhan sebagai titik pijak untuk sebuah perubahan.
Perubahan yang dimaksudkan adalah makin berseminya nilai-nilai positif yang diamalkan seluruh anggota keluarga. Baik itu ditandai dengan makin semangatnya beribadah maupun makin dekat hubungan seluruh anggota keluarga.
Untuk itu, peran dan kendali orangtua sangat dibutuhkan agar kebaikan-kebaikan selama Ramadhan tetap bisa dilestarikan. Karena soyogyanya kita menjadikan Ramadhan sebagai momentum tarbiyah atau pendidikan.
Silaturahim
Silaturahim di lain sisi juga memperkecil rusaknya sebuah hubungan. Dengan seringnya bertemu muka, maka setiap orang akan mudah menciptakan komunikasi tanpa salah persepsi. Hatta hubungan yang sempat renggang sekalipun bisa dengan mudah kembali cair.
Kuatnya silaturahim juga bisa mendatangkan peluang rezeki. Boleh jadi sebuah keluarga yang sedang ‘ketiban’ rezeki berlebih akan mengucurkan kelebihan rezekinya kepada keluarganya yang kurang mampu.
Oleh karena itu, Ramadhan dan Lebaran yang sering diisi dengan kegiatan silaturahim menjadi wahana dalam meraih kesempatan-kesempatan emas tersebut. Media silaturahim ini juga jadi momentum untuk tetap melestarikan hubungan kekeluargaan. Wallahua’lam.
Referensi:
Hidayah, Edisi 168/8/’15.