sambungan, Hadits di atas menyuruh setiap muslim harus mempunyai SIKAP dalam menghadapi kedzaliman dan kemungkaran, paling tidak mencegahnya dengan hati, bukan mendukungkannya, apalagi jika kedzaliman itu telah nyata dan terbukti.
Imam Ibnu Hazm menjelaskan hadits ini; Menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada kemungkaran adalah kewajiban setiap muslim. Jika dia memiliki kekuasaan dan kemampuan, maka hendaklah melakukannya dengan tangannya sendiri.
Apabila tidak, jagalah mereka dengan lisan. Jika tidak mampu juga, maka hendaklah dia mencegah dengan hatinya, yaitu tidak menyetujui kemungkaran dan kedzaliman itu, dan tindakkan terakhir ini merupakan sikap yang dimabil oleh manusia yang mempunyai iman terendah.
Melalui hati tidak dapat dicegah, berarti jelas tidak memiliki iman.
Bagaimana lagi dengan orang yang mendukung kedzaliman atau pemimpin yang sudah jelas berbuat dzalim? Itulah sebabnya sejarah telah mencatat bahwa tatkala Khalifah Umar bin Khattab berpidato diatas mimbar:
“Wahai kaum muslimin sekalian, bagaimanakah pendapatmu jika aku dalam tindakanku nanti ada yang cenderung kepada kehidupan dunia” berkata Umar (sambil menggerakkan kepalanya agak miring sedikit). Kemudian salah seorang pendengar langsung berdiri: “Wahai Umar, jika itu yang engkau lakukan, maka kami akan meluruskanmu dengan pedang ini”.
Melihat itu Umar bin Khattab berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diantara rakyatku orang yang berani meluruskanku jika aku melakukan kesalahan”.
Menyatakan hal kebenaran kepada pemimpin yang dzalim adalah suatu perjuangan yang suci. Dalam sebuah hadits telah dinyatakan, “Sebaik-baik jihad adalah menyatakan kebenaran didepan pemimpin yang dzalim”. (HR. Abu Daud).
Dari uraian diatas, dalam memilih pemimpin sebagai umat muslim harus waspada, berhati-hati, karena memilih pemimpin yang lebih tepat dan telah diakui serta diketahui rekam jejaknya oleh masyarakat akan kepribadiannya.
Begitu pula akhlak, dan kepemimpinannya. Jadi, jangan sampai umat Islam masuk lobang dua kali, apalagi jika sampai terpancing emosi dan politik adudomba dan pihak musuh sehingga arang habis besipun binasa. Wallhu’alam bish shawab.
Sumber Bacaan: Istaid: No.44/2/200, Muhammad Abu Rayyan dan Sumber lainnya.