Manusia Diciptakan Memiliki Tugas Dalam Kehidupan, Ini Penjelasan Ustadz Aswan

Aswan nasution sikapnews
Foto : Al-Ustadz Aswan Nasution

Oleh : Aswan Nasution

NTB_Lombok_Sikapnews.com : ALLAH telah mengutus para Nabi dan Rasul-rasul untuk memberitahu kepada kita, apa saja tugas hidup manusia diciptakan di dunia ini, diantaranya:

Bacaan Lainnya

Pertama, supaya kita mengenal Allah SWT, dengan Firman, “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah maha kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, Ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”. [QS. At Thalaq: 12]

Allah telah menciptakan tujuh petala langit dan petala bumi. Maksud tujuh terpenting supaya kita mengenal kekuasaan Allah SWT, keagungan Allah SWT. Serta menciptakan semua Aturan-aturan yang ada di alam semesta ini.

Setelah kita mengenal keagungan Allah dan  kekuasaan Allah SWT, maka datanglah tugas kedua, Firman-Nya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. [QS. Az Zariyat: 56]

Kedua, setelah mengenal  Allah adalah mengadakan hubungan kepada Allah  dengan beribadah kepada- Nya. Merengek-rengek kepada Allah, berdo’a kepada Allah, dan berdzikir kepada Allah SWT. 

Ketiga, Allah bercerita mengenai kehidupan para Nabi dan Rasul As. firman-Nya: “Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka”. [QS. Al An’aam: 90]

Kita ini diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti jalan kehidupan para Nabi dan para Rasul As. Mulai yang pertama, yaitu Nabi Adam As sampai hingga Nabi yang terakhir Rasullah SAW.

Adapun ciri khas kehidupan para Nabi dan Rasul As, mereka adalah yang senantiasa memikir umat di masanya masing-masing. Seperti Nabi Musa As, memikirkan umatnya yaitu Bani Israil, Nabiyullah Nuh As, siang dan malam memikirkan umatnya, demikian pula Rasulullah Muhammad SAW, ketika di akhir hayatnyapun tetap mengingat umatnya. 

Tugas kita yang ketiga, Allah bercerita mengenai Nabi-nabi dan Rasul-rasul As di dalam Al Qur’an bukan untuk sekedar cerita, tetapi Allah memerintahkan kita supaya kita mengikuti kehidupan mereka.

Bahkan kita diperintahkan oleh Allah  SWT agar dalam setiap sholat berdo’a kepada Allah supaya ditolong oleh Allah SWT agar bisa berjalan pada jalan mereka. Firman-Nya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus , yaitu jalannya orang-orang yang telah engkau anugerahkan nikmat kepada mereka”. [QS. Al Faatiha: 6-7].

Siapakah mereka yang disebut diatas. Sudah dijelaskan dalam ayat lain  “Yaitu ; Nabi-nabi, para siddiqqin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang sholeh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya”. [QS. An Nisaa’: 69].

Empat, sebagai umat Rasulullah SAW. Allah berfirman: “Sesungguhnya telah ada pada [diri] Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu”. [QS. Al Ahzab: 21]

Kita diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengikuti jejak kehidupan Rasulullah SAW, yaitu memikirkan agama di seluruh alam. Bagaimana agama hidup di seluruh alam, bagaimana agama hidup di seluruh dunia, bagaimana semua umat mengenal dan mengamalkan agama Allah SWT, ini adalah tugas yang diberikan Allah kepada kita, sebagai umat  Rasulullah SAW.

Tugas yang demikian ini bukanlah hal yang baru difahami oleh para Ulama’. Ulama’ zaman dahulupun telah memahami perkara ini, bahkan para sahabat pun telah memahami perkara ini, maka hal ini bukanlah perkara yang aneh. 

Tetapi karena umat ini dalam keadaan yang begitu lama lalai terhadap tugas ini, sehingga perkara ini dianggap perkara yang remeh dan aneh. Al Imam Ghazali Ra, dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin, “beliau telah menjelaskan bila ada satu orang islam di ujung dunia yang dia tidak mengenal agama, kemudian kita tidak datang kepadanya untuk memberitahu kepada dia, atau kita tidak  mengirim orang untuk memberitahu agama kepada dia, maka seluruh umat Islam akan berdosa”.

Dengan demikian, bagaimana agama bisa hidup di seluruh dunia, bagaimana umat kembali kepada agama, tidak ada jalan lain, kecuali jalan satu yaitu jalannya Rasulullah SAW. Wallahu a’lam.

 

Referensi: Kumpulan Nasihat, KH.Uzairon Thoifur  Abdillah, 1440 H.

Pos terkait