Kemeriahan Perayaan Idul Fitri Adalah Simbol Islam

Ada Audiensi Nabi Muhammad kepada ALLAH Lewat Isra' Mi'raj
Foto : Aswan Nasution

Sikapnews.com
KEMERIAHAN PERAYAAN IDUL FITRI

Oleh:
 Aswan Nasution
Alumni 1979 Al-Qismul A’ly Al-Jami’atul Washliyah Isma’iliyah Medan-Sumatera Utara

 

Bacaan Lainnya

Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” [QS. Al-Baqarah: 185].

IDUL FITRI adalah satu simbol Islam. Pada hari itu anak muda dan orang tua, serta semua orang berbagi kesenangan, apakah mereka puasa atau tidak, apakah mereka shalat atau tidak, bahkan mereka yang tidak beriman pun ikut bersuka dalam suasana Idul Fitri.

Perayaan itu membawa kebahagiaan, kesentausaan dan kesembuhan serta keringanan. Umat Islam sangat ceria dan senang, dimana-mana terlihat senyuman dan mata berbinar penuh keceriaan.

Bagi mereka yang memahami suasana yang penuh rahmat ini, suasana menyenangkan terkait dengan keyakinan bahwa mereka telah melakukan yang terbaik dalam menghadapi ujian di dunia sebagai hamba Allah, mereka merasakan kebahagiaan dan ampunan serta ketenangan dalam beribadah sebagai bagian dari hidupnya.

Walaupun puasa diharuskan sepanjang bulan Ramadhan, tetapi pada hari Raya Ied [1 Syawal] hal ini dilarang, umat Islam saatnya menikmati karunia yang dilimpahkan dari sang Maha Pengasih.

Umat Islam juga memberi sedekah dan beramal, serta bermurah hati kepada para tetamu. Mereka pun saling memberi dan menerima bingkisan. Mereka memberi kepada anak-anak, sanak saudara, fakir miskin, dan orang-orang yang memerlukan. Sebagaimana sabda Rasul: “Inilah hari untuk makan dan minum.”

Walaupun perayaan Idul Fitri dibolehkan oleh agama, namun terkadang kita tidak bisa mengontrol perasaan dan melebihi batas. Menjaga keseimbangan dalam perilaku adalah perlu. Hal ini hanya bisa dilakukan dengan cara bersyukur sehingga tidak ada lagi keinginan yang tidak perlu. Ingat kepada Allah dan bersyukur dan mensucikan hati.

Said Nursi berkata: “bahwa dengan bersyukur maka ridha Allah akan meningkat dan perasaan tidak bersyukur [kufur nikmat] akan menghilang.”

Pada hari Raya Ied, takbir [Allahu Akbar: Allah Maha Besar] berulang kali diucapkan. Sebagaimana kita kumandangkan takbir, makna berikut merasuk kedalam batin seseorang.

“Kekuatan dan kekuasaan Tuhan Yang Maha Kuasa menyelimuti diri kita dan Ia lebih besar dari segalanya. Tidak ada satupun yang bisa menandingi kekuatan-Nya dan menghindar dari Kekuasaan-Nya. Dia adalah lebih besar dari segala sesuatu yang terbesar yang kita takuti. Kebangkitan atau selamat dari kemiskinan, atau jaminan akan kebahagiaan abadi adalah tidak ada apa-apanya dibanding dengan kebesaran-Nya”.

Amalan agama yang lain selama Idul Fitri adalah sholat Idul Fitri itu sendiri. Melakukan shalat adalah merupakan inti sari dari rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa.

Ini merupakan arti menjadi seoramg manusia dan puncak kebahagiaan dan spritual.

Umat Islam yang mendekatkan diri kepada Allah melalui shalat tarwih selama bulan Ramadhan sebulan penuh akan dilindungi oleh para malaikat pada pagi hari waktu Idul Fitri. Bahkan umat Islam yang tidak me
lakukan shalat sehari-harinya, akan mengalami hal-hal yang mengembirakan seperti datang ke masjid tepat waktu, tanpa memperhatikan bahwa mereka perlu beberapa tahapan untuk membiasakan diri menunaikan shalat sehari-hari secara rutin.

Pada pagi yang penuh berkah, masjid-masjid menjadi penuh dan sering penuh luber, dan sebagian besar jamaah shalat di tempat terbuka di luar masjid. Kepadatan di dalam masjid lebih hebat dibanding kepadatan pada waktu shalat Jum’at. Mereka benar-benar dapat merasakan sabda Nabi di dalam hatinya; “Hal pertama yang kita lakukan hari ini adalah shalat.”

Ketahuilah; “Ied adalah bukan untuk memakai baju baru, tetapi senyuman manis diwajahmu. Ied adalah bukan untuk berpergian jauh meninggalkan tetangga, tetapi meninggalkan dosa-dosa. Ied adalah bukan hanya berpakaian rapih dan kelihatan bagus, tetapi dihiasi dengan kealiman,” [Ahli Hikmah] Wallahu ‘alam bis shawab.

Referensi:
Terjemahan Ramadhan The Blessed Month of Islam, 2006.

Pos terkait