Kaum yang Mengabaikan Al-Qur’an

Aswan Nasution
Foto : Aswan Nasution

 Kaum yang Mengabaikan Al-Qur’an
Oleh:
 Aswan Nasution

Dan berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan.” [QS. Al-Furqan {25}: 30].

Bacaan Lainnya

DALAM kaitannya dengan Al-Quran, para mufassir berusaha mengurai berbagai sikap dan perilaku yang tergolong sebagai hajr al-Qur’an [meninggalkan atau mengabaikan al-Qur’an].

Menurut al-Alusi, meninggalkan Al-Qur’an berarti meninggalkannya secara total, tidak beriman kepadanya, tidak mau mendengarkannya sama sekali, dan tidak terpengaruh sedikit pun janji dan ancamannya.

Demikian juga dengan menolak untuk mengimani dan membenarkannya. Pula, tidak mentadabburi dan memahaminya, tidak mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangannya, dan berpaling darinya.

Senada juga penjelasan diberikan oleh Ibnu al- Qayyim al-Jauziyyah. Bahwa beberapa tindakan yang termasuk meninggalkan dan mengabaikan al-Qur’an adalah: tidak mau mendengarkan dan mengimaninya; tidak mau mengamalkannya; tidak bertahkim kepadanya.

Baik dalam perkara ushul al-din maupun furu’-nya; tidak mentadabburi dan memahami maknanya; dan tidak mau berobat dengannya dalam semua penyakit hati.

Semua itu kata Ibnu al-Qayyim masuk dalam katagori meninggalkan atau mengabaikan al-Quran, sekalipun berbeda-beda tingkatannya.

Al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang diturunkan Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan malaikat Jibril as. Sebagaimana telah dipaparkan di muka, tidak mengimani fakta tersebut teemasuk mengabaikan Al-Qur’an.

Bisa dikatakan, sikap ini merupakan tindakan mengabaikan Al-Qur’an yang paling besar dan serius. Sebab, siapa pun yang mengingkari Al-Qur’an sebagai kitab Allah, berarti ia telah mengingkari sebagian besar bangunan aqidah Islam.

Keimanan terhadap sifat dan asma Allah Swt, keberadaan malaikat, kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya, para nabi dan rasul yang diutus-Nya, dan hari kiamat dengan berbagai peristiwa yang menyertainya didasarkan pada Al-Qur’an.

Apabila Al-Qur’an yang menjadi dasar diyakininya perkara-perkara tersebut ditolak, maka perkara-perkara itu juga pasti ditolak.

Bukan hanya mengingkari Al-Qur’an, meragukan kebenarannya saja sudah merupakan peringatan keras akan dimasukkan neraka dan mendapat azab [lihat QS. Hud {11}: 17].

Demikian juga berpaling darinya akan memikul dosa besar di hari kiamat dan kekal dalam keadaan tersebut.

Keimanan terhadap Al-Qur’an harus totalitas. Sebagaimana diimani secara keseluruhan, Al-Qur’an juga harus diimani bagian per-bagian, ayat per-ayat yang ada di dalamnya.

Mengingkari Al-Qur’an, walaupun satu ayat telah cukup membuat seseorang terjerumus dalam kekafiran [QS. An-Nisa'{4}: 150-151].

Saat ini, akibat dahsyatnya gempuran pemikiran Barat dan kebodohan umat Islam titik terendah, tidak sedikit yang bersifat ‘diskriminatif’ terhadap Al-Qur’an.

Mereka bisa menerima tanpa reserve hukum-hukum ibadah atau akhlak, tetapi menolak hukum-hukum Al-Qur’an tentang kekuasaan, pemerintahan, ekonomi, pidana, atau hubungan internasional.

Akhir kata, agar kita tidak tergolong sebagai umat yang mengabaikan Al-Qur’an, maka hendaknya kita kembalikan ke dalam seluruh aspek kehidupan ini secara kaffah sesuai dengan kehendak Al-Qur’an yaitu kepada Allah sang khalik yang maha sempurna dari segala- galanya. Wallahu a’lam bish shawab.

Referensi: Media Suara Islam, 2008

Pos terkait