Dapatkah Kita Menjadi Ahli Dzikir di Era Modernisasi, Ini Paparan Aswan Nasution

Sikapnews.com
MENJADI AHLI DZIKIR  DI ERA GLOBALISASI

Oleh:
 Aswan Nasution
Purna Bakti Kementrian Agama RI – Nusa Tenggara Barat

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah [dengan menyebut nama] Allah, dzkir yang sebanyak-banyaknya.” [QS. Al-Ahzab: 41]

Bacaan Lainnya

Jika kita serius mempelajari dan mencermati Kitab suci Al-Qur’an akan kita dapati betapa seringnya kata dzikir diulang-ulang.

Sebagai seorang muslim yang diberikan anugerah akal pikiran oleh Allah SWT mestinya tergelitik dengan kenyataan ini sebagai wujud syukur kepada-Nya.

Mengapa keterangan tentang dzikir ini perlu diulang-ulang, bahkan dijelaskan sedemikian rinci. Tentunya ada hal yang istimewa, ada sesuatu yang tidak boleh kita abaikan begitu saja, tentunya untuk kepentingan kita jua.

Memang ada beberapa jaminan Allah yang diberikan kepada orang-orang yang berdzikir kepada-Nya. Hal ini dinyatakan dalam beberapa ayat secara jelas dan gamblang, rasanya tidak perlu lagi dita’wil-ta’wilkan, ditafsirkan ataupun dianalisa.

Tinggal bagaimana merealisir rangsangan ataupun motivasi yang diberikan Allah SWT dalam ayat-ayat tersebut, agar ummat Islam berlomba-lomba untuk memperoleh jaminan-Nya.

Ummat Islam harus diyakinkan akan kehebatan dzikir tersebut. Jangan sampai mereka hanya mengagungkan-agungkan otak dam hasil teknologi, yang pada akhirnya hanya menghasilkan sifat sombong dan bangga diri.

Otak memang harus dipacu, tapi jangan sampai meninggalkan instrumen ruhani yang juga mempunyai potensi dahsyat. Jangan menganaktirikan karunia Allah yang berupa ruhani ini. Asah dan paculah ruhani ini dengan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT.

Sebagai langkah awal marilah kita menyad ari dan meyakini akan arti pentingnya dzikurullah. Ini bukan pekerjaan yang mudah, masalahnya kita sudah terlanjur mengabaikannya, tidak memperdulikannya, karena tergiur oleh rangsangan-rangsangan duniawi, lebih tertarik pada materi.

Tidak mudah dzikir dikala sibuk, sedang dalan kondisi tenang saja banyak menga lami gangguan. Dalam lingkungan yang sudah dikondisikan saja masih terasa berat apalagi dalam lingkungan yang tidak tertata sama sekali.

Syetan memang licik dan lihai sekali. Mereka tidak akan membiarkan hamba Allah sedikitpun mengingat-Nya. Mereka akan terus menganggu dan menggoda agar kita lupa kepada-Nya.

Pikiran kita selalu dibelokkan kepada urusan-urusan materi. Meskipun sudah berada di masjid, pikiran masih saja di rumah atau di kantor. Walau sudah menghadap qiblat konsentrasi tetap kesana kemari.

Memang dalam era globalisasi yang semakin merambah ke segala sisi kehidupan, semakin sulit untuk senantiasa dzikrullah dalam arti yang sebenarnya. Akan tetapi inilah medan pejuangan dan tantangan yang harus kita jawab dengan praktek langsung dilapangan guna meraih jaminan Allah SWT. Wallahu a’lam.

Pos terkait