Cerita Penentu Media Massa Kerajaan di Negeri Melayu Versi Sikapnews.com

Foto : Ilustrasi

BATUBARA_Sikapnews.com : Cerita ini hanya seputaran Perhatian, Penghayatan ketika dibaca, Keadilan Semu, Orang Dalam, Orang Luar, Regulasi Busuk, Indikasi Tebang Pilih dan penulis.

Ada juga Kata samaran sebagai Pimpinan, Wakil Pimpinan, Pendekar dan Kerajaan.

Bacaan Lainnya

Bahkan, tiap kata itu disusun rapi serta berfikir berulangkali diatas topangan meja kayu rapuh karena sering digigit tikus.

Tikus yang tebang pilih menggigit kayu mungkin dianggap lemah.

Cerita yang ditulis 18 Rajab 1445 Hijriah ini, dibawah lampu listrik berdaya 5 Watt, tulisan ini dipaksa Finish pada hari yang dibutuhkan.

Dan ditemani segelas Double Espresso berwana hitam pekat, terlihat begitu pahit seperti kehidupan dewasa ini.

Dengan tambahan suara tangis anak bayi membuat sang penulis terjerumus kejurang kelemahan hati.

Dihayati bersama, ternyata kata Seiring Sejalan sangat melekat di tubuh Kerjaan yang mengadili sebuah Media Pemberitaan.

Yang kini terlihat kokoh di tanah melayu.
Yang kini disanjung-sanjung.
Yang kini merasa sebagai nyawa para Insan penulis.
Yang kini lebih memilih orang luar karena Media lokal tidak memiliki orang dalam.
Yang kini beragam dalih untuk menolak secara halus.

Sebab, tegak lurus atau Istiqomah seorang pemimpin sangat dibutuhkan dewasa ini.

Sehingga Istiqomah itu hanya ada di tubuh Kerajaan Komunikasi dan Informatika Batubara sebagai Kerajaan penentu masuk atau ditolaknya sebuah Media lokal maupun Nasional.

Sebagai Pimpinan, pemegang keputusan Media Pemberitaan Kabupaten Batubara haruslah dinilai tangguh.

Tidak mudah digoyang dan terpilih dalam hubungan kerjasama, meskipun putra daerah yang ingin bergabung di Kerajaan sebagai pemberitaan seputar Pemerintah Negeri Melayu ini.

Sebab, Dinas yang disebut Kerajaan sudah merasa menjalankan sesuai dengan regulasi yang ada, bahkan untuk masuk ke Kerajaan cukup ada orang dalam (mungkin saja).

Kriteria pendekatan seorang penulis sangat diperlukan untuk dapat menjalin kerjasama di Kerajaan Komunikasi dan Informatika tersebut.

Kata Seiring dan Sejalan itu diartikan dalam cerita ini adalah Ramah Tamah, Berbudaya, Sopan Santun Sebagai Puan dan Tuan Anak Melayu.

Meski begitu, Wajar sahaja Kerajaan tersebut Sile terhadap Komplotan Luar yang masuk seperti signifikan.

“Elok lah uwang lua bisa masok ke kampong awak, artinyo tak hilang ramah tamah kito sebagai anak melayu,” ungkap salah satu putra asli Batubara yang juga pernah bekerja di Diskominfo Pemprovsu.

Diketahui juga selain tenaga bantu Diskominfo Pemprovsu waktu itu, sebut saja penulis, dia juga pernah mengantongi Juara II dan III karya ilmiah dan Resume se-Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2011-2012.

Karya ilmiah beliau berjudul “Daerah Perdalaman Menjadi Kota”.

Dengan 71 Halaman. Judul itu menggambarkan kisah cerita Batubara dulu, yang dikenal sebagai daerah perdalaman dengan penuh perjuangan GEMKARA, pada akhirnya menjadi sebuah Kota setelah dilepaskan Asahan menjadi Kabupaten Batubara.

Selanjutnya, penulis yang diceritakan tadi ternyata pernah duduk di bangku “Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi” dengan jurusan fokus Ilmu Jurnalistik sebagai Mahasiswa pada tahun 2007.

Bahkan, sebagai orang luar beliau kini aktif menulis di Media Massa Online dan telah mengikuti Uji Kompetensi Wartawan Angkatan ke-61 meskipun tidak diketahui orang dalam.

Tapi kata Penulis dia tidak bangga atas hal itu semua.

Pasalnya, biaya kehidupannya tidak bersumber dari tulisan dan Ogap-ogapan. Malah, membangun kesetiaan pertemanan lebih diutamakan dalam pemberitaan, “entah kan iya entah bongak”.

Banyak yang harus dipetik dan diterapkan dari cerita ini versi Sikapnews.com, pertama Gaya Pemimpinan yang sangat tegas terhadap Pendekar serta Orang Dalam yang mungkin (diduga) saja dengan Tebang Pilih Regulasi. (Red)

Pos terkait