Oleh : Aswan Nasution
LOMBOK_NTB_Sikapnews.com : “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” [QS. Ali Imran (3): 185].
Firman Allah SWT pada surat Ali Imran ayat 185 tersebut, dengan sangat jelas menerangkan bahwa kematian adalah hal yang niscaya. Meski bagi sebagian orang memiliki nilai negatif.
Bagi seorang Muslim, kadang kematian dianggap sebagai pemutus amal ibadah di dunia karena ia merasa amalnya tidak mencukupi untuk bekal di akhirat.
Sedangkan orang yang ingkar, menganggap kematian sebagai pemutus kenikmatan hidup di dunia, sehingga tak ada lagi kesenangan setelah mati. Ada beberapa hal yang patut dilakukan agar kematian menjadi ‘membahagiakan’.
Pertama, meyakinkan diri bahwa kematian pasti akan datang menimpa siapa pun yang berjiwa tanpa terkecuali. Kapan pun malaikat maut datang menjemput, saat itulah kepastian kematian terjadi. “Maka, jika ajal telah menjemput, tak dapat dipercepat atau diundur, meski hanya sesaat.” [QS. Al A’raf (7): 34].
Kedua, memperbanyak mengingat kematian agar kita senantiasa mempersiapkan bekal yang banyak menuju akhirat. Salah satunya adalah dengan berziarah kubur. “Berziaralah kuburlah kamu! Karena ziarah kubur mengingatkan pada kematian.” [HR. Muslim].
Ketiga, menyadari bahwa segala kesenangan dan kenikmatan dunia hanya bersifat sementara. Kenikmatan dunia akan musnah dan tidak mungkin bekal yang dapat dibawa mati. “Kehidupan dunia tidak lain adalah kesenangan yang memperdayakan.” [QS. Ali Imran (3): 185].
Keempat, memperbanyak bekal untuk menghadapi kematian kelak. Sebelum segala amal di dunia terputus oleh kematian, sebaiknya masa hidup digunakan beramal shalih sebanyak-banyaknya. “Dan sebaik-baik bekal adalah takwa.” [QS. Al Baqarah (2): 197].
Selain mempersiapkan bekal selama di dunia untuk menghadapi kematian, tak ada salahnya menabung amal sebagai simpanan pahala yang akan selalu mengalir, meski jasad telah hancur berkalang tanah puluhan tahun lamanya.
Semua amal manusia akan terputus, kecuali untuk tiga hal. “Apabila anak cucu Adam [manusia] meninggal, akan terputus segala amal ibadahnya, kecuali pada tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang selalu mendoakan orangtuanya.” [HR. Bukhari].
Tiga amalan tersebut dalam hadits di atas bernilai tinggi. Bahkan, tetap mengalir meski ia telah meninggal. Mempersiapkan tabungan kematian juga melibatkan orang lain. Sifat sosial, berkhidmat dan pengabdian yang tinggi kepada masyarakat, atau meningkatkan kualitas pendidikan keluarga juga merupakan bagian dari sekian proses mempersiapkan kematian dan bekal untuk kehidupan di akhirat.
Dengan demikian, tak layak bagi manusia untuk takut mati. Karena kematian bukanlah ancaman. Kematian adalah penghubung antara kehidupan dunia dan akhirat, yang mempertemukan manusia dengan Allah SWT. Wallahu a’lam bish shawab.