Ada Peringatan Dari Al-qur’an Tentang, Bahayanya Perselisihan yang akan Memecahkan Umat

Sikapnews lombok
Foto : Al-ustadz Aswan Nasution

Sikapnews.com
BAHAYA PERSELISIHAN, MENGANTARKAN PADA PERPECAHAN UMAT

Oleh:
 Aswan Nasution
Purna Bakti Kementrian Agama RI – Nusa Tenggara Barat

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”, [QS. Al-Hujarat : 10].

Bacaan Lainnya

AYAT di atas mencerminkan bagaimana Islam menekankan sekali persaudaraan dan kerukunan umat. Islam pun melarang keras perselisihan yang mengantarkan pada perpecahan.

Allah Swt telah memerintahkan dalam Al Qur’an: “Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali agama Allah dan janganlah kalian berpecah belah”, [QS.3: 103]. Ayat ini secara tegas melarang terjadinya perpecahan.

Bahkan, Allah akan menimpakan kehinaan terhadap siapa yang melepas tali Allah dan memecah belah umat. Dalam QS 3: 113, Allah berfirman yang artinya: “Ditimpakan atas kalian kehinaan di mana saja kalian berada, kecuali berpegang teguh dengan tali agama Allah dan tali [perjanjian] dengan manusia”, [QS. 3: 113].

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan ‘tali Allah’ yang dimaksud, dengan merujuk pada sabda Rasulullah, riwayat Ibnu Mardaweh dari Abdullah, yang mengatakan, “Sesungguhnya Al Qur’an itu adalah tali Allah yang kokoh, cahaya yang menerangkan, obat penyembuh yang berguna, pelindung bagi yang berpegang teguh kepadanya dan aman bagi yang mengikuti”.

Dewasa ini, seiring dengan era reformasi, bermunculan pula sejumlah partai politik. Termasuk di dalamnya adalah partai Islam [dengan asas Islam atau massa Islam]. Keberadaan partai-partai tersebut secara umum bersaing untuk menarik massa supaya bisa menyalurkan aspirasi mereka pada partainya.

Tidak heran, jika berbagai upaya ditempuh untuk supremasi partainya. Ketika partai-partai itu [termasuk sesama partai Islam] bersinggungan, maka yang muncul adalah sikap emosional. Logika berpikir berubah menjadi irrasional dan emosional.

Ashobiyyah partainya menjadi dominan. Hingga akhirnya terjadilah berbagai kerusuhan dan perpecahan di antara partai Islam sendiri, dan ditakutkan bisa memecah
belah umat yang kini dalam kondisi krisis di segala bidang.

Melihat realitas seperti itu, eksistensi partai untuk muhasabah lil hukum [koreksi terhadap penguasa] atau fungsi amar makruf nahi munkar menjadi kabur. Kecintaan terhadap golongan atau kelompoknya melebihi kecintaan pada tali Allah dan ikatan persaudaraan Islam.

Rasulullah SAW dalam riwayat Abu Dawud, mengatakan, “Bukan golonganku orang yang menyeru pada ashobiyyah atau cinta golongan, dan bukan dari golonganku orang yang berperang atas kecintaan golongan dan bukan dari golonganku pula orang-orang yang mati karena membela atas kecintaan golongan”.

Tampaknya kita perlu merefleksi ulang pemikiran dan perilaku kita, sudahkah kita mendudukan porsi yang benar tentang kecintaan pada Allah? Apakah kecintaan kepada Allah itu di atas kecintaan dan pembelaan terhadap golongan yang berpotensi mengantarkan pada perpecahan umat? Semoga kita terhindar dari bahaya perpecahan. Wallahu a’lam bis shawab.

Referensi:
Hidup adalah Surga, Republika, 03 Juni 1999.

Pos terkait