Ada Cara Menentukan Pilihan Dalam Islam Ketika Umat Ragu

aswan nasution di mesjid lombok
Foto : Aswan Nasution

Sikapnews.com
KETIKA RAGU MENENTUKAN PILIHAN, HENDAKLAH SHALAT ISTIKHARAH

Oleh:
 Aswan Nasution
Purna Bakti Kementrian Agama RI – Nusa Tenggara Bara

“Jika amanat disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi” Ada seorang sahabat bertanya: ‘bagaimana maksud amanat di sia-siakan? ‘Nabi menjawab: “Jika suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu,” [HR. Bukhari].

Bacaan Lainnya

MENGHADAPI pemilu Presiden dan Wakil Presiden 14 Pebruari 2024, sudah seharusnya kita mendewasakan diri, dimana kita menetapkan pilihan bukan semata-mata didasarkan rasa hormat, rasa kasih atau rasa simpati terhadap seseorang yang hanya bertumpu kepada perasaan semata, tapi menggunakan akal sehat dengan ukuran-ukuran objektifitas yang jelas, dan kapabilitas yang teruji.

Masalah kita yang masih dalam proses pendewasaan dimana kemampuan berpikir cerdas dan objektif belum tumbuh secara memadai, sehingga peranan rasa simpati masih lebih banyak berbicara yang berakibat seseorang teraniaya dalam permainan politik, langsung saja dipandang sebagai seseorang yang harus mendapat dukungan yang diberi kesempatan untuk menjadi pemimpin.

Padahal seorang pemimpin yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini, bukan seseorang yang berpengalaman sebagai yang teraniaya, tapi justru seseorang yang berpengalaman sebagai pemimpin yang sukses tataran tertentu yang dapat dijadikan ukuran untuk maju sebagai pemimpin dalam tataran yang lebih tinggi, terlepas dari partai apa atau dari golongan mana.

Sebab yang diharapkan dari seorang pemimpin ialah pengalaman dan kemampuannya menyelesaikan masalah bangsa dan negara yang memerlukan kecerdasan, kesungguhan, kerja keras dan ihkhlas.

Sebagai umat beragama tentu saja yang menjadi ukuran pertama bagi kita untuk memilih seorang pemimpin, sikap keberagamaan seseorang yang menjadi ukuran dasar untuk melihat sikap-sikap yang lainnya.

Ketaatan hidup beragama akan melahirkan sifat tawadhu, rendah hati, sopan santun, jujur, disiplin, menjunjung tinggi hukum dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan.

Selebihnya bolehlah kita melihat kecerdasan dan pengalamannya. Dia cerdas karena memang pendidikannya mendukung untuk menjadi cerdas dan berpengetahuan luas, sehingga punya cakrawala pandangan yang jauh melebihi orang yang tidak setara dengan pendidikannya.

Selanjutnya pengalaman sebagai pemimpin, sebab seorang pemimpin tidak muncul secara tiba-tiba, dia dibesarkan oleh segudang pengalaman yang menyebabkan dirinya matang sebagai pemimpin.

Tanpa pengalaman memimpin, sulit diharapkan seseorang akan berhasil meminpin negara sebesar negara Republik Indonesia ini.

Karena urusan negara adalah urusan politik, maka ia diharapkan tentunya pemimpin yang berpengalaman di dunia politik, bukan sembarang pemimpin, kendati dia pemimpin kharismatik dalam suatu komunitas atau organisasi kemasyakatan.

Ibarat memilih nakhoda, kita memilih seseorang yang akan memimpin perjalanan sebuah kapal yang akan mengarungi lautan luas, maka jangan serahkan pada pilot kendatipun dia mahir menerbangkan pesawat melintas angkasa.

Maka nasib bangsa dan negara kita ini, tergantung pada siapa yang akan kita pilih menjadi pemimpin negara ini. Karena itu kita harus cerdas dan menggunakan akal sehat, bukan menggunakan emosi karena pengaruh dukung-mendukung semata.

Dalam sebuah hadits menyebutkan: “Jika amanat disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi”. Ada seorang sahabat bertanya: ‘bagaimana maksud amanat di sia-siakan? Nabi menjawab: “Jika sebuah urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu”.[ HR. Bukhari].

Makna hadits di atas mempertegas ketika peran-peran penting di tengah masyarakat diberikan pada sosok yang tidak memiliki kompetensi dan keahlian dalam memimpin, mengelola dan mengurus, cepat atau lambat maka kehancuran pun akan datang.

Untuk itu menggunakan hak pilih harus secara benar. Tidak asal-asalan. Ajaran agama mengatakan bahwa segala yang dilakukan di dunia ini akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Mari menggunakan hak pilih dengan baik dan benar. Mari menentukan pilihan dengan menggunakan akal sehat. Jika masih ragu dan bingung mohonlah petunjuk Allah SWT melalui shalat istikharah.

Pos terkait