Ada Bung Amir Sjarifoeddin pada Cerita Penentu Media Massa Kerajaan di Negeri Melayu Versi Sikapnews.com – 2

Foto : Ilustrasi

BATUBARA_Sikapnews.com : Masih bercerita di Rute yang sama, dari seorang mantan penunggu upah bulanan di Kerajaan Komunikasi dan Informatika Provinsi yang Ibu Kotanya Medan.

Hingga saat ini, rasa penasaran terus menghantui sang penunggu upah, kenapa bisa Media Lokal asal Negeri Melayu nihil respon dari kubu Kerajaan.

Saat menulis diatas meja yang terlihat rapuh. Hingga meja itu roboh, karena sering digigit tiku-tikus nakal yang dimiliki petinggi kerajaan.

Karena roboh, dia pun hengkang dari meja itu dan melanjutkan tulisan dibawah sinar matahari pagi yang masih  terlihat sangat muda belia.

Ditemani sepinggan nasi berbalut daun pisang, dan dibanjiri santan berwarna kekuningan membuat dia terlihat cerah setelah meneguk air bercampur gula.

Bahkan, terlihat sepasang Angsa Putih menyebrangi jalan dengan gaya lenggak-lenggoknya sambil memanjangkan leher ke Aspal jejalanan.

Kata penulis pada 21 Rajab 1445 Hijriah untuk Kerajaan Komunikasi dan Informatika di Negeri Melayu ini, tahu kalian, siapa sosok Bung Amir Sjarifoeddin Harahap?.

Atau hanya duduk-duduk manis, terus diduga tahunya memilah-milah Media Massa saja tanpa ingat peranan Bung Amir di Departemen Penerangan.

Dia : “Tak bule la begitu, sodap bona kojo milah-milah”.

Beliau ialah Menteri Pertama Komunikasi dan Informatika yang dulu namanya Departemen Penerangan, menjabat pada tanggal 19 Agustus 1945, dengan Wakil Menterinya Ali Sastroamidjojo.

Foto : Bung Amir Sjarifoeddin Harahap (kiri) dan Ali Sastroamidjojo (kanan).

Selain itu, Bung Amir merupakan Sayap Kiri terdepan pada masa Revolusi.

Bernamakan Kabinet Presidensial saat itu, Pria kelahiran 27 April 1907 di Kota Medan, dikenal bukan sekedar MERAIH JABATAN saja, tapi beliau memang SEORANG JURNALIS dan politikus ternama pada masanya.

Jelas bertolak belakang Dewasa ini, Kerajaan yang melokasikan Media Massa untuk bergabung mungkin saja bukan dari seorang pendalam Jurnalistik tapi, dia dapat mengancam Media untuk melepaskan diri darinya secara tidak langsung.

Ternyata, Bung Amir Sjarifoeddin bukanlah dari keluarga biasa, beliau terlahir dari seorang Ayah dengan jabatan mentereng yaitu seorang Jaksa di Kota Medan bernama Baginda Soripada, serta Kakeknya Sultan Gunung Tua yang juga Jaksa di Tapanuli.

Mengawali pendidikan, beliau Sekolah Dasar Europeesche Lagere School, yang mana sekolah ini berdiri diKota Medan sebagai perwakilan pada Zaman Kolonial Hindia Belanda di Indonesia tahun 1914.

Setelah lulus Sekolah Dasar, Bung Amir melanjut Sekolah di Leiden-Belanda.

Namun, setelah lulus ujian tingkat kedua pada September 1927 Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga.

Hubungan Amir Sjarifoeddin Harahap Tentang Peristiwa Madiun

Tahun 1948. Masa pemerintahan Hatta, PKI berupaya membentuk negara komunis di Madiun dan menyatakan perang terhadap mereka.

Musso tertembak dalam pertempuran kecil di Ponorogo, Amir Syarifuddin ditangkap dan ditembak mati.

Selepas Musso tewas, Amir Sjarifuddin memimpin pelarian yang diikuti oleh Tiga Ribu orang golongan kiri.

Namun, pelarian ini juga berhasil digagalkan setelah keberadaan Amir berhasil terlacak dan ia diamankan.

Setelah diamankan, Amir dibawa ke Kudus dan kemudian dipindah ke Yogyakarta. Akhirnya Amir dipenjara di Benteng Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke Surakarta.

Desember 1948, menjadi bulan terakhir bagi Amir karena ia harus meregang nyawanya di tangan para eksekutor. Eksekusi yang dilakukan kepada Amir dilakukan bersama dengan eksekusi tokoh PKI lainnya, seperti Maruto Darusman, Suripno, dan Sarjono.

Sekitar tengah malam tanggal 19 Desember 1948 di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir Sjarifuddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan Polisi Militer, sebuah satuan khusus dalam Angkatan Bersenjata Indonesia.

Sebelum itu, beberapa orang penduduk Desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar.

Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di Solo, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu.

Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.

Dari cerita Bung Amir Sjarifoeddin Harahap. Begitu besarnya pengorbanannya terhadap peranannya pada zaman itu.

Dia : “Sebagai Menteri Departemen Penerangan beliau memang tangguh, “Boleh juga sebaliknya”, Kerajaan di Negeri Melayu juga penuh dengan perjuangan kok”.

Perjuangan untuk memperjuangkan yang bukan berasal dari Negeri Melayu hingga tetap bertahan.

Sumber :
Antara Lain Berdasarkan Susunan Kabinet Republik Indonesia, Manggala BP-7 Pusat, 1985Kahin, George
McTurnan (1952) Nationalism and Revolution in Indonesia Cornell University Press.
Ricklefs (1982), A History of Modern Indonesia, Macmillan Southeast Asian reprint,
Simanjuntak, P. N. H. (2003) (in Indonesian), Kabinet-Kabinet Republik Indonesia: Dari Awal Kemerdekaan Sampai Reformasi, Jakarta: Djambatan, pp. 23–28, ISBN 979-428-499-8.
Daftar Kabinet Indonesia.

Pos terkait